/  Tafsir   /  Mukadimah Tafsir Al-Quran Juz VIII

Mukadimah Tafsir Al-Quran Juz VIII

Tafsir Al-Quran 8

(15) Hai ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab (Al-Quran) yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya (Nabi Muhammad Saw) dari Allah, dan kitab yang menerangkan; (16) Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.

Puji dan syukur dipersembahkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah menurunkan Al-Quran kepada semua manusia, baik Arab, Yahudi, Nasrani, maupun bangsa lain yang bukan Arab. Al-Quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk, pedoman hidup, dan solusi dari kesulitan hidupnya, dan obat dari penyakit-penyakit hati umatnya.

Salawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang menjadi nabi akhir zaman dan diutus kepada umat akhir zaman pula. Tak terkecuali, rahmat dan salam semoga dilimpahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Orang-orang yang belum “akrab” dengan susunan bahasa, urutan ayat/surah, atau redaksi Al-Quran, tentu akan berkesimpulan bahwa pembahasan Al-Quran itu tidak sistematis, kisah-kisahnya tidak diurutkan sesuai kronologi kejadian, bahkan terkesan seperti “ngacak” dan melompat-lompat dari satu bab/tema ke bab/tema lainnya yang kadangkala tampak tidak saling berhubungan. Namun demikian, bagi mereka yang menggeluti dan menggumuli Al-Quran, semua yang disebutkan di atas justru mengandung makna dan hikmah yang cukup mendalam. Misalnya, kisah seorang rasul yang cukup panjang dipenggal-penggal menjadi beberapa episode dan diselingi oleh tema lain, agar pendengar/pembaca tidak merasa jenuh atau jemu. Di samping itu, satu surat Al-Quran bisa memuat beberapa tema tentang akidah, ibadah, dan akhlak. Meski demikian, benang merahnya tetap terkawal dengan baik, sehingga tidak keluar dari kesatuan dan keutuhan visi dan misi, serta tujuan kehadiran Al-Quran di tengah umat manusia yang majemuk itu. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam ayat berikut:

Maka apakah mereka tidak memerhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS. Al-Nisa [4] : 82)

Sebagaimana karakteristik surat-surat Madaniyah pada umumnya dan sekaligus lanjutan Juz VI, maka Juz VII yang terdiri atas dua surat, yaitu Al-Mâ`idah (5) ayat 82 s/d ayat 120 dan Al-An’âm (6) ayat 1 s/d ayat 110 masih berbicara tentang pembinaan iman/akidah dengan setting social kota Madinah yang penduduknya sangat majemuk; masalah hukum-hukum yang diturunkan di Madinah; dan pembinaan akhlak.

Kandungan ayat yang dibahas dalam QS Al-Mâ`idah (5): 82-120 adalah sebagai berikut:

Pertama, aspek akidah/keimanan, yang meliputi: Kedengkian Yahudi dan Keimanan para Pendeta dan Rahib Nasrani; Larangan Banyak Bertanya tentang Perkara yang Belum Diturunkan Wahyunya; Orang Jahiliyah mengharamkan Beberapa Binatang Ternak; Pertanyaan Allah kepada Para Rasul di Hari Kiamat; Peringatan dengan Mukjizat Nabi Isa as; Hidangan untuk Bani Israil atas Permintaan Hawâriyyûn; Bantahan terhadap Keyakinan Kaum Nasrani tentang Ketuhanan Isa as dan Ibunya.

Kedua, aspek hukum yang mencakup: Perintah Mengonsumsi Makanan Halal dan Baik; Kifarat Sumpah; Diharamkannya Minuman Keras(Khamar), Berjudi, Menyembah Berhala, dan Undian Nasib; Hukum Berburu dalam Keadaan Ihram; Kedudukan Kabah, Bulan Haram, Hadyu, dan Qalâ’id; Ancaman Siksa Allah dan Dorongan Berbuat Kebajikan; dan Kewajiban Menghadirkan Saksi Saat Berwasiat.

Ketiga, aspek akhlak, yaitu Anjuran Berdakwah dengan Sungguh-sungguh dan Menyerahkan hasilnya kepada Allah Swt.

Adapun kandungan surah Al-An’âm yang terdiri atas ayat 1 s/d 110 ayat adalah aspek akidah/keimanan yang memuat, sebagai berikut: Bukti-bukti tentang Wujud Allah dan Kebangkitan Manusia; Pembangkangan Orang-orang Kafir dan Penolakan Allah terhadap Permintaan Mereka; Akibat Buruk bagi Orang-orang yang Suka Berolok-olok dan Mendustakan Agama Allah; Bukti-bukti Lain dari Keesaan Allah, Hari Kebangkitan dari Alam Kubur; Kuasa Allah Mencegah Bahaya dan Kesaksian-Nya atas Kenabian Muhammad Saw; Jati Diri Nabi Muhammad di Mata Ahli Kitab; Sikap Orang-orang Musyrik yang Menolak Al-Quran; Siksa Neraka bagi Orang Kafir; Kondisi Orang Musyrik di Akherat; Kesedihan Nabi Saw atas Penentangan Umatnya; Penolakan Kaum Musyrikin terhadap Dakwah Nabi Saw.; Kesempurnaan Ilmu dan Kekuasaan Allah, serta Kelengkapan Al-Quran; Bersandar kepada Allah dalam Menghadapi Kesulitan; Tanda-tanda Kekuasaan Allah Swt dan Tujuan Diutusnya Para Rasul; Ilmu Nabi Saw Berfungsi Memberi Peringatan dan Menolong Kaum yang Lemah; Keluasan Rahmat Allah Swt.; Perdebatan Nabi Saw dengan Kaum Musyrikin; Keluasan Ilmu dan Kekuasaan Allah Swt; Kekuasaan Allah Mengeluarkan Manusia dari Kegelapan; Kekuasaan Allah dalam Menyiksa Orang yang Berbuat Maksiat; Perintah Berpaling dari Majlis yang Melecehkan Al-Quran dan Siksa terhadap Mereka; Keistimewaan Iman kepada Allah dan Kehinaan Syirik; Penentangan Nabi Ibrahim as dengan Azar, serta Sebab Kemusyrikan; Dialog Nabi Ibrahim as dengan Kaumnya; Nabi Ibrahim as: Bapak Para Nabi dan Kekhususan Risalahnya; Penetapan Kenabian, Kitab-kitab yang Diturunkan kepada Para Nabi; Mendustakan Allah dan Ancaman Siksa-Nya; Kekuasaan Allah yang Maha Besar di Alam Semesta; Anggapan Keliru dari Orang-orang Musyrik terhadap Allah; Wahyu sebagai Bukti Kemahakuasaan Allah dalam Mencegah Kemusyrikan; Larangan Mencela Berhala.

Demikianlah gambaran isi dan kandungan Juz VII yang berada di hadapan Pembaca yang budiman. Dikandung maksud, isi dan kandungan Juz ini memberi pemicu dan pemacu bagi Pembaca untuk menggali lebih dalam makna ayat dengan menbaca, memerdalam, dan menghayati nilai-nilai dan pesan moralnya, sehingga pada gilirannya, mampu mengamalkannya di dalam kehidupan.

Semoga Juz VII ini memberi manfaat bagi kaum Muslimin dalam menjalani kehidupannya, baik dalam meraih kebahagiaan dunia maupun meraih kebahagiaan akherat. Amien ya Rabbal’alamin.

 

Bandung, 1 Ramadhan 1435 H / 29 Juni 2014 M

                       Wassalam,

            Panitia Penyusun Tafsir Al-Quran Juz VII