/  Tafsir   /  Mukadimah Tafsi Al-Quran Juz I

Mukadimah Tafsi Al-Quran Juz I

Tafsir Al-Quran Juz 1

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil…” (QS Al-Baqarah [2]: 185)

Al-Quran merupakan wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Malak Jibril a.s., diawali dengan Surah Al-Fâtihah dan diakhiri dengan Surah Al-Nâs, untuk disampaikan kepada manusia, yang dinilai ibadah bagi orang membacanya.

Ditinjau dari tujuan diturunkannya Al-Quran secara umum kepada seluruh umat manusia adalah sebagai petunjuk dan pembeda antara yang hak dan bathil (QS Al-Baqarah [2]: 185), di samping kitab peringatan (QS Al-Furqân [25]: 1). Adapun secara khusus, Al-Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 2); petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman (QS Al-A’râf [7]: 52); petunjuk dan berita gembira bagi orang yang beriman (QS Al-Naml [27]: 2-3); petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat ihsan (QS Luqmân [31]:1-2); petunjuk kepada jalan yang lurus dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman (QS Al-Isrâ` [17]: 9); syifa (obat bagi hati) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS Al-Isrâ`[17]: 82); bukan untuk menyulitkan manusia, melainkan peringatan bagi yang memiliki khasy-yah (rasa takut) (QS Thâhâ [20]: 2-3); dan penjelasan atas segala sesuatu, rahmat, dan berita gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Islam) (QS Al-Nahl [16]: 89).

Berdasarkan fungsi-fungsi Al-Quran tersebut di atas, maka orang-orang yang beriman sungguh beruntung mendapatkan kitab suci yang sarat dengan rahmat, berita gembira, obat bagi hati yang duka dan sakit, peringatan, pembeda antara hak dan batil, penjelasan berbagai persoalan, serta petunjuk bagi mereka untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.

Kehadiran Al-Quran sejatinya dijadikan pedoman hidup kaum muslimin, dengan mengambil cahaya darinya, mengambil petunjuk dari petunjuknya, dan mengamalkan ajaran dan tata aturannya, sehingga dapat mengangkat derajat mereka dari keterpurukan menuju kemuliaan. Namun sayang, kata Muhammad Ali Al-Shabuni (t.t.: 64), kaum Muslimin merasa cukup dengan mengulang-ulang membacanya dalam berbagai upacara kematian atau pertemuan-pertemuan resmi. Al-Quran tidak lebih dari sekadar diperdengarkan atau diambil berkah dengan tilawah nya. Kaum Muslimin, lanjut Al-Shabuni, telah lupa atau pura-pura lupa bahwa berkah Al-Quran yang terbesar, terletak pada memahami, mengambil petunjuknya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya. Kaum Muslimin diibaratkan Al-Shabuni, ”Laksana orang yang mati kehausan, sementara di tangannya ia membawa air.” Padahal, Rasulullah Saw. menyatakan, ”Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Kamu tidak akan sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku” (HR Ashhabussunan).

Setiap Muslim sebenarnya dapat merenungkan perumpamaan di atas. Namun, bagi kaum Muslimin yang tidak memahami bahasa Arab, memang ada kendala dalam memahami Al-Quran. Oleh karena itu, Unisba sebagai Perguruan Tinggi Islam, mencoba memecahkan kendala kebahasaan itu dengan menyusun kitab tafsir dalam bahasa Indonesia. Ini dimaksudkan agar Al-Quran menjadi pelita dalam kegelapan dan oase penyejuk bagi hati yang gersang, sehingga tujuan diturunkannya Al-Quran menjadi kenyataan yang diwujudkan dalam kehidupan.

Sebagaimana kebanyakan surah Madaniyyah, isi Al-Quran pada juz pertama ini banyak mengupas persoalan akidah dan ibadah. Adapun surah Al-Fâtihah (termasuk surah Makkiyah, menurut riwayat yang lebih kuat) merupakan pembuka yang menggambarkan isi kandungan Al-Quran secara keseluruhan. Maka, berikut ini akan dipaparkan tema-tema yang merupakan isi kandungan Juz Pertama (Surah Al-Fâtihah dan Surah Al-Baqarah):

Surah Al-Fâtihah (1-7). Sebagai surah pembukaan, Al-Fâtihah secara global mengandung tema: keimanan (tauhid), aspek janji dan ancaman; ibadah; jalan menuju kebahagiaan, dan sejarah dan kisah.

Surah Al-Baqarah (2). Surah Al-Baqarah ini mencakup pembahasan tentang tema-tema berikut: Sifat-sifat orang yang beriman dan pahala bagi orang-orang yang bertakwa (ayat 1-5); sifat-sifat orang kafir (ayat 6-7); siat-sifat orang munafik, bagian pertama (ayat 8-10); sifat-sifat orang munafik, bagian kedua (ayat 11-13); sifat-sifat orang munafik, bagian ketiga (ayat 14-16); perumpamaan orang munafik (ayat 17-20); perintah beribadah kepada Allah dan faktor yang mengharuskannya (ayat 21-22); tantangan terhadap orang kafir untuk membuat Al-Quran (ayat 23-24); balasan amal orang-orang yang beriman (ayat 25); faedah perumpamaan dalam Al-Quran bagi manusia (ayat 26-27); kekuasaan Allah dalam menciptakan langit dan bumi, serta menghidupkan dan mematikan manusia (ayat 28-29); pengangkatan Adam a.s. sebagai khalifah dan pengajaran bahasa kepadanya (ayat 30-33); penghormatan yang tinggi dari Allah kepada Adam a.s. dengan memerintahkan malaikat sujud kepadanya (ayat 34); Adam dan Hawa beserta keberadaan setan di antara keduanya (ayat 35-39); titah Allah kepada Bani Israil (ayat 40-43); beberapa contoh keburukan akhlak orang-orang Yahudi (ayat 44-48); lima dari sepuluh nikmat Allah yang diberikan kepada orang Yahudi (ayat 49-54); kelengkapan sepuluh nikmat Allah bagi Bani Israil (ayat 55-60); kerakusan Yahudi, kesalahan, dan akibatnya (ayat 61); perbandingan Mukmin dengan lainnya (ayat 62); sebagian dosa-dosa Yahudi dan azab bagi mereka (ayat 63-66); kisah penyembelihan sapi betina (ayat 67-73); kerasnya hati orang Yahudi (ayat 74); keimanan orang Yahudi sulit diharapkan (ayat 75-78); penyelewengan pendeta Yahudi dan kebohongan mereka (ayat 79-82); pengingkaran Yahudi terhadap berbagai sumpah dan ujian (ayat 83); sebagian pengingkaran Yahudi terhadap perjanjian (ayat 84-86); berturut-turutnya Rasul dan kitab yang diturunkan kepada Yahudi (ayat 87-89); kekufuran Yahudi terhadap Kitab/wahyu yang diturunkan Allah dan tindakan mereka membunuh para nabi (ayat 90-91); pendustaan terhadap kaum Yahudi yang mengaku beriman kepada kitab Taurat (ayat 92-93); kaum Yahudi sangat ingin hidup lama (ayat 94-96); sikap kaum Yahudi terhadap Jibril, Mikail, dan para Rasul (ayat 97-98); penolakan kaum Yahudi terhadap Al-Quran dan pengingkaran terhadap perjanjian (ayat 99-101); kesibukan orang-orang Yahudi dengan sihir, sulap, syu’udzah, dan thalasim/tenung (ayat 102-103); tatakrama berbicara dengan Nabi Saw, dan dasar pengkhususn Risalah kepadanya (ayat 104-105); penetapan “Nasakh” (penghapusan) hukum-hukum syarah (ayat 106-108); kedudukan Ahli Kitab di Mata Kaum Mukminin (ayat 109-110); persepsi kaum Yahudi dan Nasrani terhadap agama Samawi (ayat 111-113); kadar kezaliman orang yang melarang salat di masjid dan kebolehan salat di tempat lain (ayat 114-115); pengakuan Ahli Kitab dan kaum musyrikin sebagai anak Allah (ayat 116-118); peringatan bagi orang yang mengikuti keyakinan agama Yahudi dan Nasrani (ayat 119-121); peringatan mengingat kenikmatan dan takut kepada akhirat (ayat 122-123); ujian bagi Nabi Ibrahim a.s. dan keistimewaan kota Mekah serta Baitullah (ayat 124-126); pembangunan Kabah serta doa Nabi Ibrahim dan Ismail (ayat 127-129); hanya orang bodoh yang menentang ajaran Nabi Ibrahim a.s. (ayat 130-132); bantahan atas kebohongan kaum Yahudi dan mengaku sebagai pengikut agama Ibrahim dan Ya’kub a.s. (ayat 133-137); shibghah iman dan pengaruhnya terhadap jiwa dan ibadah kepada Allah Swt. (ayat 138-141).

Demikian tema-tema yang terdapat dalam kedua surah di atas. Persoalan akidah tampak lebih menonjol dibanding persoalan ibadah. Semoga kita dapat mengangkat makna dan menjadikannya cermin dalam menempuh kehidupan di dunia ini. Âmîn.