Mukadimah Tafsir Al-Quran Juz IX
Bismillahirrahmanirrahim
“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran,nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman.” (QS Hûd [11]: 120)
Puji dan syukur selalu kita persembahkan ke hadirat Allah Swt, karena berkat rahmat-Nya kitab Tafsir Juz IX ini dapat hadir di hadapan pembaca yang budiman.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, nabi akhir zaman, para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Amien.
Kitab Tafsir Unisba Juz IX di hadapan pembaca ini terdiri atas dua surat, yaitu bagian akhir dari surat Al-A’râf (ayat 88 sampai dengan ayat 206) dan surat Al-Anfâl (dari ayat 1 sampai dengan ayat 40).
Pertama, sebagai surat Makkiyyah dan lanjutan ayat-ayat sebelumnya, QS Al-A’râf pada juz IX ini dapat ditebak akan memuat persoalan yang berkaitan dengan akidah, kisah-kisah, dan akhlak. Oleh karena itu, kiranya dapat dimaklumi sekiranya surat ini mengungkapkan agak panjang dan dominan tentang kisah-kisah para nabi terdahulu, di samping dasar-dasar pembentukan akidah dan akhlak, sebagai berikut:
Kisah-kisah yang diungkap, antara lain: kisah Nabi Syuaib as ketika menghadapi kaumnya yang melakukan penyimpangan dari ajaran Allah, seperti dalam soal timbangan dan ukuran. Dilukiskan pula bagaimana sikap dan perlakuan kaumnya terhadap diri Nabi Syuaib, terutama dari para tokoh kaumnya. Bahkan, kisah Nabi Musa as dengan Firaun, termasuk kroni-kroninya, dan tantangan kaumnya sendiri (dari kalangan Bani Israil) cukup banyak mewarnai surat Al-A’râf dalam juz IX ini. Kemudian, mewakili kalangan ruhaniawan atau agamawan yang luntur akidahnya, maka dikisahkan kasus Bal’am lantaran tergoda oleh dunia dan perhiasannya. Akibatnya, dia rela melepaskan ajaran agamanya.
Sebagai ibrah/pelajaran bagi penduduk negeri di mana pun, termasuk Mekah, Allah Swt mengisahkan pula ancaman dan penghancuran yang telah ditimpakan-Nya kepada orang-orang yang berbuat zalim di berbagai wilayah dan zaman. Kemudian ditambahkan juga semacam motivasi dan dorongan kepada manusia untuk beriman dan beramal saleh. Sebab, itulah yang akan mendatangkan keberkahan kepada negeri-negeri yang penduduknya beriman, bertakwa dan beramal saleh.
Di dalam menanamkan dasar-dasar akidah, Allah Swt mengingatkan manusia tentang perjanjian primordial yang diikrarkannya di hadapan Allah Swt, agar tidak ada alasan untuk menghindar dari tanggung jawab pribadi di akherat kelak. Selanjutnya, dipaparkan pula proses kejadian manusia, sebagai anak keturunan Nabi Adam, selain ajakan untuk mengesakan Allah. Ditegaskan pula, bahwa berhala-berhala yang selama ini disembah, sebenarnya tidak layak dipertuhan. Selain itu, dijelaskan faktor yang menyebabkan manusia mendapatkan petunjuk atau sebaliknya menjadi sesat.
Al-Asma’ ul- Husna juga dimuat dalam surat ini sebagai salah satu bentuk penanaman akidah bagi umat manusia. Allah Swt Yang Maha Mengetahui menegaskan, hari kiamat merupakan rahasia Allah, dan hanya Allah-lah yang mengetahui hal-hal yang gaib.
Selain yang disebutkan di atas, surat ini memuat pula: prinsip-prinsip akhlak, seperti memberi maaf, amar makruf, dan menjauhi orang-orang yang bodoh; juga upaya untuk menghindari godaan setan. Dipaparkan pula keadaan Nabi Saw yang selalu istikamah dalam menjalankan petunjuk wahyu, di samping perintah memperhatikan Al-Quran dan merenungkan isinya ketika dibaca.
Kedua, surat Al-Anfâl, merupakan surat Madaniyyah, berisi pembahasan tentang disyariatkannya berperang/jihad di jalan Allah; kaidah-kaidah tentang peperangan; persiapan menghadapi peperangan; mendahulukan perdamaian dibanding peperangan; dan dampak peperangan terhadap soal tawanan perang dan harta (ghanimah). Pada bagian lain, diungkapkan pula tentang perintah menaati Allah dan Rasul-Nya; menjalankan seruan Allah dan rasul-Nya; larangan berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya; tipu daya kaum musyrikin terhadap Nabi Saw; keutamaan takwa; dan segala pengorbanan materi untuk menghalangi jalan Allah tidaklah berpahala sama sekali.
Semua uraian di atas diungkapkan secara lebih rinci di dalam subjudul-subjudul yang terdapat dalam daftar isi. Oleh karena itu, para pembaca yang budiman dipersilakan merujuk kepada kandungan makna selengkapnya pada juz IX ini.
Akhir kata, semoga Allah Swt membimbing kita dalam memahami firman-Nya, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu a’lam bi muradih.
Bandung, 23 Jumadil Tsaniyah 1436 H / 13 April 2015 M
Wassalam,
Tim Penyusun Tafsir Al-Quran Juz IX