/    /  Tafsir  /  Tafsir Al-Quran Juz XXIX

Tafsir Al-Quran Juz XXIX

“Dan apabila kamu membaca Al-Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya.

Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.” (QS Al-Isra’ [17]: 45-46)

Seorang ulama besar Mesir mengumpamakan Al-Quran sebagai permata yang memiliki banyak sudut. Dari sudut mana pun seorang ilmuwan melihat, niscaya ia akan melihat kilatan cahaya yang dipantulkannya.

Rasulullah Saw. mengumpamakan Al-Quran sebagai “Perjamuan Allah”, dan mengundang manusia untuk mempelajarinya sekuat kemampuan yang dimiliki (HR. Muslim). Namun, manusia yang diundang itu terbagi pada tiga kategori. Ada yang gemar membaca ayat-ayat saja tanpa pemahaman. Ada yang sudah mampu membaca dan menerjemahkannya. Ada juga yang sudah mampu membaca dan memahami tafsirnya.

Semua itu dikarenakan penggunaan bahasa Arab. Al-Quran tidak mudah difahami, maksud petunjuknya, oleh semua orang. Hal ini terjadi terutama pada orang yang bukan orang Arab, atau tidak menguasai bahasa Arab. Untuk itu, diperlukan media lain yang dapat membantu. Tafsir Al-Quran ini disusun dan dibuat untuk membantu.

Apabila kita perhatikan ayat-ayatnya, Al-Quran bersinggungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik tersurat maupun tersirat. Kendati demikian, Al-Quran bukan kitab ilmu pengetahuan, melainkan kitab petunjuk yang membawa keselamatan manusia di dunia dan di akhirat.

Al-Quran Al-Karim merupakan sumber nilai dan ajaran Islam yang pertama dan utama. Ia merupakan petunjuk bagi manusia, dan penjelasan petunjuk tersebut, serta obat penawar hati.

Sebagai perguruan tinggi Islam yang mengelola berbagai disiplin, baik eksak maupun sosial-humaniora, Tafsir Al-Quran versi Unisba ini menyuguhkan tinjauan dari berbagai perspektif ilmu, tanpa pretensi untuk menafsirkan Al-Quran dalam kemutlakan kebenarannya. Ini mengingat kebenaran Al-Quran itu bersifat mutlak, sementara temuan ilmu pengetahuan selalu berkembang. Akibatnya, satu teori boleh jadi digugurkan atau dibatalkan oleh teori yang mutakhir. Maka itu, sekurang-kurangnya, tinjauan keilmuan yang dimuat dalam Catatan Akhir pada Tafsir Al-Quran ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi pembaca dalam melakukan penggalian dan penelitian dari disiplin yang digelutinya.

Tafsir Juz XXIX Unisba, sebagaimana surah-surah Makkiyyah pada umumnya, masih membahas persoalan akidah, sebagai berikut:

Pertama, Surah Al-Mulk (Kerajaan) menjelaskan kekuasaan Allah Swt. yang meliputi kerajaan langit dan bumi. Surat Al-Mulk juga menerangkan penggolongan manusia dari segi akidahnya, yaitu yang beriman dan yang kafir. Surah ini pun mengabarkan bahwa Allah menjanjikan pahala (bagi orang-orang yang beriman) dan hukuman (terhadap orang-orang yang kafir) di akhirat. Di samping itu, Surah Al-Mulk dipungkas dengan penegasan bahwa hukuman/azab Allah pasti ditimpakan kepada orang-orang kafir. Tidak ada peluang bagi mereka untuk menghindari azab-Nya.

Kedua, Surah Al-Qalam (Pena) memaparkan tentang akhlak Nabi Muhammad Saw. Surah Al-Qalam ini pun mengungkap akhlak tercela orang-orang kafir, termasuk ancaman Allah kepada mereka di akhirat. Dalam surah ini ditampilkan pula kisah pemilik kebun sebagai perumpamaan yang perlu digali ibrah (pelajarannya) oleh generasi berikutnya. Ada pahala bagi yang bertakwa. Penolakan terhadap pikiran orang kafir yang memandang sama saja antara yang Mukmin dengan yang kafir. Di bagian akhir dari surah Al-Qalam ini, diungkapkan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir. Di samping ada perintah Allah kepada Rasul agar bersabar terhadap ulah/gangguan orang-orang kafir, seraya bercermin kepada seniornya, Nabi Yunus a.s.

Ketiga, Surah Al-Haqqah (Keadaan yang Sebenarnya) mengandung tiga makna pokok: (1) Menjelaskan kedahsyatan hari kiamat dan kengerian-kengeriannya; (2) Mengisahkan umat-umat terdahulu yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya; (3) Mengulas balasan Allah di akhirat atas amal baik atau buruk, kemudian penegasan Allah bahwa Al-Quran adalah wahyu-Nya, bukan ucapan manusia.

Keempat, Surah Al-Ma’rij (Tangga-tangga untuk Naik) memuat penjelasan tentang Hari Kiamat dan kengeriannya. Dalam surah ini dijelaskan juga sifat/keadaan neraka dan kedahsyatan azabnya. Diungkapkan pula, melalui surah Al-Ma’rij ini, karakter/sifat calon-calon penghuni neraka Jahim ketika berada di dunia dan kesudahan mereka di akhirat nanti.

Kelima, Surah Nûh a.s. mengisahkan kegigihan dakwah Nabi Nuh a.s. Allah menjelaskan, dalam surah Nuh ini, tentang balasan yang akan diberikan kepada orang yang bertobat semasa di dunia. Surah ini ditutup dengan sikap dan tindakan keji kaum Nabi Nuh terhadap seruannya. Akibatnya, mereka ditenggelamkan (dengan banjir besar) di dunia dan di akhirat nanti dimasukkan ke dalam neraka.

Keenam, Surah Jinn menerangkan keadaan jin: komentar mereka tentang Al-Quran dan kemampuan mereka menembus ruang angkasa. Penggolongan mereka dari segi akidah, yaitu mukmin atau kafir. Surah Al-Jinn ini juga menegaskan bahwa Tauhîdullâhadalah inti risalah Rasulullah. Beribadah kepada selain Allah Swt. dilarang. Pengetahuan tentang hal-hal yang gaib hanya milik dan otoritas Allah Swt, kecuali para Rasul yang mendapatkan izin-Nya sebagai mukjizat.

Ketujuh, Surah Al-Muzzammil berisi penjelasan tentang bimbingan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. sebelum berdakwah (masa pembinaan mental). Petunjuk lainnya berkaitan dengan perintah bersabar untuk/dalam menghadapi tuduhan dan ejekan dari kaumnya. Termasuk beberapa petunjuk pula bagi para pengikutnya, kaum Muslimin.

Kedelapan, Surah Al-Muddatstsir berisi perintah Allah kepada Nabi Saw, untuk menyampaikan dakwah kepada umatnya. Adapun langkah-langkah dakwah tersebut diuraikan secara rinci: (1) mengagungkan Allah; (2) membersihkan pakaian; (3) menjauhi maksiat; (4) memberikan sesuatu dengan ikhlas; (5) bersabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ditegaskan dengan surah ini, bahwa Allah akan mengazab orang yang menentang Nabi Muhammad Saw. dan mendustakan Al-Quran. Surah ini diakhiri penjelasan bahwa tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang diusahakannya.

Kesembilan, Surah Al-Qiyâmah menegaskan kepastian terjadinya hari kiamat dan kedahsyatannya. Melalui surah Al-Qiyamah pula, Allah menjamin kemurnian Al-Quran, yaitu terpelihara ayat-ayatnya di dalam hati Nabi Saw., baik urutan maupun bacaannya.

Kesepuluh, Surah Al-Insân menerangkan proses penciptaan/kejadian manusia. Dijelaskan pula pahala bagi yang bersyukur, dan sebaliknya azab bagi orang yang kufur. Dalam Surah Al-Insan ini dijelaskan sifat/keadaan surga dan neraka. Disusul dengan perintah kepada Nabi Saw, agar bersabar, berzikir, dan salat tahajjud semata-mata mengharap ridha Allah.

Kesebelas, Surah Al-Mursalât memaparkan kepastian hari hisab (perhitungan amal). Orang-orang kafir dikecam oleh Surah Al-Mursalât, termasuk celaan terhadap orang-orang yang mengingkari nikmat Allah. Akhirnya, dijelaskan bahwa Allah menimpakan azab kepada orang yang kafir. Adapun pahala akan dianugerahkan Allah kepada orang yang bertakwa di akhirat kelak.

Demikian gambaran sekilas tentang kesan, kandungan, dan pesan dari surah-surah yang terdapat dalam Juz XXIX. Namun untuk kedalaman makna, kami mengundang pembaca untuk menyimak ayat demi ayat dan surah demi surah, sehingga diperoleh pemahaman dan penghayatan yang relatif lebih utuh.

Kami telah berusaha untuk berhati-hati agar Tafsir Juz XXIX ini tampil lebih baik dan sempurna daripada karya sebelumnya. Namun kami juga menyadari bahwa mungkin ada satu-dua kesalahan yang luput dari perhatian kami.

“Tiada gading yang tak retak”, demikian kata pepatah. Oleh karena itu, teguran, kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan. Atas perhatian, saran, kritik dan masukan dari para pembaca, kami haturkan terima kasih. Jazakumullah Khairan Katsiran.

Kategori: Tag: