/  2015

Lampiran Surat Nomor : 68/I.02/LSIPK-k/V/2015   MENYOAL BACAAN AL-QURAN DENGAN LANGGAM JAWA Beberapa waktu yang lalu Umat Islam dikejutkan dengan bacaan Al-Quran yang tidak lazim didengar di telinga mereka, yaitu bacaan Al-Quran dengan langgam Jawa. Umat Islam mendengar bacaan yang “ganjil” tersebut, ketika menyaksikan Peringatan Isra’ dan Mikraj di Istana Presiden, yang disiarkan langsung lewat TVRI. Tak ayal, muncul beragama pertanyaan tentang hukum

Latar Belakang Pelaksanaan Pesantren Calon Wisudawan/wati Tuntutan terhadap kualifikasi mutu lulusan perguruan tinggi mengalami peningkatan yang cukup signifikan sejalan dengan tantangan zaman yang berkembang dengan sangat pesat. Akselerasi perkembangan sains dan teknologi, di satu sisi telah memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, akan tetapi di sisi lain telah melahirkan berbagai problematika yang tidak terbayangkan sebelumnya.Di antara problematika yang cukup kuat berkait dengan

Buku Pedoman Peningkatan dan Pengembangan Mutu Ruhul Islam Unisba                   Buku Bimbingan Praktis dalam Naungan Sunnah Rasul                     Buku Ajengan dalam Perubahan Zaman                     Buku Ajengan dalam Kenangan                       Penulisan buku Aqidah, Mu’amalah dan Akhlak sebagai Buku Panduan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Bandung ini, di bidang Aqidah  bertujuan agar tertanam dasar-dasar Tauhidullah, nilai-nilai Sunnah Rasulullah Saw, dan terhindarnya diri dari parasit iman; di bidang

Latar Belakang Pelaksanaan Pesantren Mahasiswa Baru

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang terdapat di beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand Selatan. Oleh karena itu, sejarah pesantren diakui memiliki andil yang besar dalam sejarah perjalanan bangsa-bangsa tersebut.Pesantren berkembang dari masa ke masa. Secara konvensional, unsur-unsur pesantren minimal terdiri atas kiyai, santri, pondok, masjid, kitab-kitab klasik (Walsh, 2002: 5-7). Kiyai merupakan pengasuh dengan kharisma kepemimpinanya. Sebutan kiyai biasanya diberikan oleh masyarakat. Santri merupakan murid pesantren. Pondok (berasal dari kata funduq) adalah tempat menginap para santri. Perguruan Taman Siswa mengadopsi sistem pondok ini dengan sebutan pawiyatan. Masjid merupakan pusat ibadah dan belajar. Adapaun kitab-kitab klasik merupakan rujukan utama pelajaran pesantren.Dalam perkembangan terakhir, ada dua fenomena yang patut dicatat dalam perkembangan sistem pesantren. Fenomena pertama, pesantren beradaptasi dengan tuntunan peradaban modern untuk mempertahankan eksistensinya. Adaptasi ini dapat dilihat dari upaya pesantren mendirikan perguruan tinggi dengan membuka program-program studi selain ilmu keagamaan. Sedangkan fenomena kedua, sebagian proses dalam pendidikan formal mengadopsi sistem pendidikan pesantren. Hal ini dilakukan karena pendidikan formal melihat beberapa keunggulan pada sistem pesantren ini. Menurut Nurhidayati, keunggulan pesantren yang paling menonjol kesederhanaan dan kemandirian.

Tafsir Al-Quran Juz 26

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

"Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS Al-Isrâ‘ [17]: 82)

Al-Quran sejalan dengan periode turunnya terbagi dua tempat turun: Makkiyyah dan Madaniyyah. Surah atau ayat-ayat Makkiyyah didefinisikan Ulama sebagai ayat atau surah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah. Sedangkan surah atau ayat-ayat Madaniyyah diberi makna sebagai ayat-ayat atau surah yang diturunkan setelah beliau hijrah ke Madinah, meskipun diturunkan di Mekah atau sekitarnya, seperti Arafah, Mina, dan lainnya.

Tafsir Al-Quran Juz 27

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"  (QS Al-Qamar [54]: 17)

Al-Quran sesungguhnya telah dimudahkan Allah Swt., agar bisa dipelajari dan dipahami. Firman Allah ini diulang dalam Surah Al-Qamar ini — yang merupakan salah satu surah dari juz XXVII ini — sebanyak empat kali, yaitu pada ayat 17, 22, 32, dan 40. Pengulangan pesan dalam Al-Quran ditujukan untuk menegaskan pentingnya Al-Quran untuk dibaca, dipelajari, dikaji, dan diambil pelajarannya oleh manusia. Namun, hanya orang-orang yang beriman-lah yang akan mengambil faedah dari Al-Quran ini.

Tafsir Al-Quran Juz 28Berkatalah orang-orang kafir: “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil, teratur, dan benar. (QS Al-Furqân [25]: 32)

Al-Quran itu, menurut isyarat ayat di atas, tidak diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan secara berangsur-angsur, agar dengan demikian, hati Nabi Muhammad Saw. menjadi kuat dan tetap. Dilihat dari periodisasinya, Al-Quran diturunkan dalam dua periode: periode Mekah sebelum hijrah, selama lebih kurang 13 tahun (ayat dan surahnya dinamakan Makkiyyah) dan periode Madinah setelah hijrah lebih kurang 10 tahun (ayat dan surahnya disebut Madaniyyah). Maka itu, syariat Islam diturunkan secara bertahap dari waktu ke waktu, sesuai dengan situasi, kondisi, dan dinamika masyarakat yang menjadi sasaran dakwahnya.